Rabu, 17 Mei 2017

Sengketa Blok Ambalat Indonesia Vs Malaysia (Belajar dari Sipadan dan Ligitan)

Sengketa Blok Ambalat Indonesia Vs Malaysia
(Belajar dari Sipadan dan Ligitan)

Oleh :
Abdul kholid   1510631180002




Pendahuluan
Blok ambalat yang secara de facto dan de jure masuk dalam wilayah indonesia diam-diam di diklaim oleh malaysia masuk dalam wilayahnya. Malaysia bukan tanpa alasan mengkalim blok ambalat sebagai bagian dari wilayahnya. Kekayaan bahan mineral dan sumber hayati yang terkandung di dalamnya, menjadi pemicu utama timbulnya klaim sepihak oleh malaysia terhadap blok ambalat ini.
Hal ini mengingatkan kembali ketika pulau sipadan dan ligitan yang secara teritori masuk wilayah indonesia secara mencengangkan dapat dikuasai oleh malaysia melalui pengadilan internasional. Akankah hal ini terulang kembali di blok ambalat? Tentunya hal ini tergantung dari bagaimana kebijakan geopolitik yang diambil oleh pemerintah.

Pembahasan
            Ambalat adalah blok laut yang berada dalam wilayah administratif Provinsi Kalimantan Untara  yang memiliki luas 15.235 kilometer persegi. Blok Ambalat tepatnya terletak di Laut Sulawesi bagian barat atau Selat Makasar bagian utara. Blok Ambalat ini menjadi wilayah sengketa anatar Indonesia dengan Malaysia. Hal ini disebabkan potensi minyak di blok tersebut yang begitu melimpah.
Menurut andang bachtiar (direktur exploration think tank Indonesia (etti) dan mantan ketua ikatan ahli geologi indonesia), satu titik tambang di ambalat menyimpan cadangan potensial 764 juta barel minyak dan 1,4 Triliun kaki kubik gas, bahkan itu baru satu titik dari sembilan titik tambang yang ada di Ambalat.[1] Hal ini lah yang menyebabkan Malaysia mengklaim sepihak Blok Ambalat sebagai bagian dari wilayahnya.

Landasan Teori
Teori Ruang dari Friedrich Ratzel 1897
Di dalam teori ini dijelaskan bahwa negara sama halnya dengan makhluk hidup.[2] Makhluk hidup melakukan adaptasi dan tumbuh berkembang. Sebagaimana dengan pertumbuhan tersebut, maka makhluk hidup juga memerlukan ruang untuk dapat bertahan hidup. Demikian halnya dengan negara. Negara terus berkembang karena perkembangan penduduk, negara sudah sewajarnya memerlukan ruang lebih yang didapat melalui ekspansi wilayah.
Untuk membuktikan keunggulan yakni negara harus mengambil dan menguasai satuan-satuan politik yang berkaitan terutama yang bernilai strategis dan ekonomis. Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa yang unggul yang dapat bertahan hidup terus dan langgeng. Semakin tinggi budaya bangsa semakin besar kebutuhan atau dukungan sumber daya alam. Apabila tidak terpenuhi maka bangsa tsb akan mencari pemenuhan kebutuhan kekayaan alam diluar wilayahnya (ekspansi).

Opini
            Berdasarkan Teori Ruang dari Friedrich Ratzel yang telah dibahas di atas, maka menurut penulis, apa yang telah dilakukan oleh Malaysia terhadap klaim sepihak Blok Ambalat merupakan realisasi dari teori tersebut. Malaysia sebagai negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat, yakni rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 5,93% pertahun, Malaysia mencari ruang untuk dapat menghidupi rakyatnya.[3] Mengingat Malaysia adalah negara kecil dengan sumber daya alam yang kecil pula, maka dalam presfektif teori ini, sudah sewajarnya Malaysia melakukan ekspansi terhadap Blok Ambalat dengan mengklaim bahwa Ambalat masuk ke dalam wilayahnya.
            Melihat fenomena seperti ini, seharusnya Pemerintah Indonesia merancang geostrateginya sebaik mungkin agar Blok Ambalat ini tidak lepas dari pangkuan bumi pertiwi. Melihat pengalaman ke belakang dengan lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia, Indonesia harus menyusun strategi agar Blok Ambalat tidak senasib dengan Sipadan dan Ligitan. Segala cara harus ditempuh, bahkan jika perlu penyelesaian sengketa dengan cara paksaan/kekerasan (settlement of disputes) jika cara damai gagal diwujudkan.

Daftar Pustaka

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53509/BAB%20IV%20Gambaran%20Umum%20Negara%20Asean.pdf?sequence=4 Diunduh 9 Mei 2017 Jam 16.00 WIB
Sulistyo, Djoko. (2015). Geopolitik Imperialis. Perkuliahan Geopolitik dan Geostrategi. Kamis, 5 Maret 2015. Ruang 303 Gedung A FISIP Universitas Airlangga.
Susanto, Laksda . R. Dicky. 20014. Geopolitik dan Geostrategi Keamanan dan Kedaulatan Laut. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.




[1] (tempo interaktif selasa, 02 juni 2009). Lebih Jauh andang bahkan menegaskan bahwa di ambalat kita bisa dapatkan dari 100 juta sampai 1 miliar barrel minyak.

[2] Mackinder, Halford J. (1904).  “The Geographical Pivot of History” dalam Tuathail, Geraoid O., Simon Dalby, dan Paul Routledge (eds.). (2003). The Geopolitics Reader. London: Routledge.
[3] UNCTAD (1980-2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Reklamasi Pantai Singapura (Singapura Antara Kawan dan Lawan bagi Indonesia)

Reklamasi Pantai Singapura (Singapura Antara Kawan dan Lawan bagi Indonesia) oleh : Abdul Kholid   1510631180002 Abstrak ...