Sengketa Blok Ambalat Indonesia
Vs Malaysia
(Belajar dari Sipadan dan
Ligitan)
Oleh
:
Abdul kholid 1510631180002
Pendahuluan
Blok
ambalat yang secara de facto dan de jure masuk dalam wilayah indonesia
diam-diam di diklaim oleh malaysia masuk dalam wilayahnya. Malaysia bukan tanpa
alasan mengkalim blok ambalat sebagai bagian dari wilayahnya. Kekayaan bahan
mineral dan sumber hayati yang terkandung di dalamnya, menjadi pemicu utama
timbulnya klaim sepihak oleh malaysia terhadap blok ambalat ini.
Hal ini mengingatkan
kembali ketika pulau sipadan dan ligitan yang secara teritori masuk wilayah
indonesia secara mencengangkan dapat dikuasai oleh malaysia melalui pengadilan
internasional. Akankah hal ini terulang kembali di blok ambalat? Tentunya hal
ini tergantung dari bagaimana kebijakan geopolitik yang diambil oleh
pemerintah.
Pembahasan
Ambalat
adalah blok laut yang berada dalam wilayah administratif Provinsi Kalimantan
Untara yang memiliki luas 15.235
kilometer persegi. Blok Ambalat tepatnya terletak di Laut Sulawesi bagian barat
atau Selat Makasar bagian utara. Blok Ambalat ini menjadi wilayah sengketa
anatar Indonesia dengan Malaysia. Hal ini disebabkan potensi minyak di blok
tersebut yang begitu melimpah.
Menurut andang bachtiar (direktur exploration think
tank Indonesia (etti) dan mantan ketua ikatan ahli geologi indonesia), satu
titik tambang di ambalat menyimpan cadangan potensial 764 juta barel minyak dan
1,4 Triliun kaki kubik gas, bahkan itu baru satu titik dari sembilan titik
tambang yang ada di Ambalat.[1]
Hal ini lah yang menyebabkan Malaysia mengklaim sepihak Blok Ambalat sebagai
bagian dari wilayahnya.
Landasan Teori
Teori
Ruang dari Friedrich Ratzel 1897
Di dalam teori ini dijelaskan bahwa negara sama
halnya dengan makhluk hidup.[2]
Makhluk hidup melakukan adaptasi dan tumbuh berkembang. Sebagaimana dengan
pertumbuhan tersebut, maka makhluk hidup juga memerlukan ruang untuk dapat
bertahan hidup. Demikian halnya dengan negara. Negara terus berkembang karena
perkembangan penduduk, negara sudah sewajarnya memerlukan ruang lebih yang
didapat melalui ekspansi wilayah.
Untuk membuktikan
keunggulan yakni negara harus mengambil dan menguasai satuan-satuan politik
yang berkaitan terutama yang bernilai strategis dan ekonomis. Suatu bangsa
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari hukum alam.
Hanya bangsa yang unggul yang dapat bertahan hidup terus dan langgeng. Semakin
tinggi budaya bangsa semakin besar kebutuhan atau dukungan sumber daya alam.
Apabila tidak terpenuhi maka bangsa tsb akan mencari pemenuhan kebutuhan
kekayaan alam diluar wilayahnya (ekspansi).
Opini
Berdasarkan
Teori Ruang dari Friedrich Ratzel yang telah dibahas di
atas, maka menurut penulis, apa yang telah dilakukan oleh Malaysia terhadap
klaim sepihak Blok Ambalat merupakan realisasi dari teori tersebut. Malaysia
sebagai negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat, yakni
rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 5,93% pertahun, Malaysia mencari ruang
untuk dapat menghidupi rakyatnya.[3]
Mengingat Malaysia adalah negara kecil dengan sumber daya alam yang kecil pula,
maka dalam presfektif teori ini, sudah sewajarnya Malaysia melakukan ekspansi
terhadap Blok Ambalat dengan mengklaim bahwa Ambalat masuk ke dalam wilayahnya.
Melihat
fenomena seperti ini, seharusnya Pemerintah Indonesia merancang geostrateginya
sebaik mungkin agar Blok Ambalat ini tidak lepas dari pangkuan bumi pertiwi.
Melihat pengalaman ke belakang dengan lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke
tangan Malaysia, Indonesia harus menyusun strategi agar Blok Ambalat tidak
senasib dengan Sipadan dan Ligitan. Segala cara harus ditempuh, bahkan jika
perlu penyelesaian
sengketa dengan cara paksaan/kekerasan (settlement of disputes) jika cara damai
gagal diwujudkan.
Daftar Pustaka
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53509/BAB%20IV%20Gambaran%20Umum%20Negara%20Asean.pdf?sequence=4 Diunduh 9
Mei 2017 Jam 16.00 WIB
Sulistyo, Djoko.
(2015). Geopolitik Imperialis.
Perkuliahan Geopolitik dan Geostrategi. Kamis, 5 Maret 2015. Ruang 303
Gedung A FISIP Universitas Airlangga.
Susanto, Laksda
. R. Dicky. 20014.
Geopolitik dan Geostrategi Keamanan dan
Kedaulatan Laut. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
[1] (tempo
interaktif selasa, 02 juni 2009). Lebih Jauh andang bahkan menegaskan bahwa di
ambalat kita bisa dapatkan dari 100 juta sampai 1 miliar barrel minyak.
[2] Mackinder, Halford J.
(1904). “The Geographical Pivot of
History” dalam Tuathail, Geraoid O., Simon Dalby, dan Paul Routledge (eds.).
(2003). The Geopolitics Reader. London: Routledge.
[3] UNCTAD
(1980-2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar